29 Februari 2012

Mengenang KH.ABDULLAH FAQIH

Jazakumullahu ahsanal Jaza'

Tuban, Kompas - Pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, KH Abdullah Faqih, Rabu (29/2) pukul 18.30, meninggal dunia di kediamannya. Kiai yang lahir pada 2 Mei 1932 ini meninggal dalam usia 80 tahun.
Ubaidillah Faqih, perwakilan keluarga, kepada wartawan menuturkan, KH Abdullah Faqih sempat dirawat selama empat bulan di Grha Amertha Surabaya. ”Sudah dua bulan di rumah dan kesehatannya membaik. Meskipun tidak bisa berjalan, bicaranya lancar, pendengaran dan penglihatan beliau normal,” katanya.
Para pelayat terus berdatangan ke rumah duka sejak pukul 19.00. Rencananya, jenazah dimakamkan Kamis (1/3) ini pukul 12.00 di pemakaman umum Desa Widang. Sebelum berpulang, KH Abdullah Faqih berpesan kepada keluarga agar melanjutkan pendidikan pesantren. Anak-anaknya dilarang menjadi pejabat di eksekutif ataupun legislatif.
Pengaruh KH Abdullah Faqih selama ini cukup besar, terutama di kalangan nahdliyin, yang sangat dihormati dan karismatik. Sejumlah politikus juga sering meminta dukungan kepada Kiai Faqih. Saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dicalonkan sebagai presiden oleh Poros Tengah tahun 1999, Kiai Faqih cukup dikenal. Sejumlah kiai sepuh Nahdlatul Ulama lalu menggelar pertemuan di Pondok Pesantren Langitan, yang muncullah Poros Langitan.
Menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Choirul Anam, ”Ia adalah ulama yang benar-benar ulama, seorang ulama pejuang.” Semasa hidupnya, Kiai Faqih banyak terjun di bidang sosial dan politik. Ia memiliki ribuan santri.
Dalam usia tua, kata Anam, ”Ia masih memikirkan betul kondisi bangsa dan negara. Terakhir beliau masih bicara soal negara, tentang kenapa, kok, banyak korupsi dan banyak orang yang moralnya rusak. Ia berpesan agar semua itu diperbaiki.”
Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim KH Mutawakkil Alallah mengatakan, almarhum adalah sosok ulama besar. Ia tidak hanya pandai memberikan fatwa, tetapi juga memberikan contoh dengan perbuatan.(ACI/ARA)

Mengenang KH.ABDULLAH FAQIH

Jazakumullahu ahsanal Jaza'

Pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Widang, Kabupaten Tuban, KH Abdullah Faqih, atau dikenal Kiai Faqih, Rabu (29/2/2012) sekitar pukul 18.30 wafat. Kiai berpengaruh yang lahir 2 Mei 1932 itu tutup usia dalam usia 80 tahun.
Rencananya, Kiai Faqih dimakamkan di pemakaman umum Desa Widang, Kamis (1/3/2012) pukul 12.00.
Perwakilan keluarga, Ubaidillah Faqih, menjelaskan, Kiai Faqih meninggal saat santri selesai menunaikan shalat maghrib. Kiai Faqih sempat dirawat di Rumah Sakit Grha Amertha, Surabaya, dan sudah dua bulan pulang. Kondisinya makin sehat meskipun belum bisa berjalan seperti biasanya, bicaranya lancar, masih bisa beraktivitas seperti biasa, mengaji, tahlil. 
"Beliau menyatakan badannya makin sehat dan ingin ziarah ke Madinah. Ternyata itu isyarat beliau akan berpulang," kata Ubaidillah.
Kiai Faqih juga berpesan agar anak-anak maupun santri tetap meneruskan perjuangan menegakkan Islam dan menghidupkan pendidikan di pesantren. Sejak dulu beliau melarang anak cucunya menjadi pejabat. "Terkait pesantren nanti diasuh siapa akan dimusyawarahkan keluarga," kata Ubaidillah.
Hingga pukul 24.00 malam tadi, santri dan masyarakat serta tamu-tamu silih berganti datang ke Kompleks Ponpes Langitan. Mereka menggelar tahlilan dan memanjatkan doa untuk Kiai Faqih di masjid dan aula. Diantara tamu yang datang ada Ketua DPRD Bojonegoro HM Thalhah, dan Kepala Kepolisian Resor Bojonegoro Ajun Komisaris Besar Awang Joko Rumitro.
Sejumlah santri dan polisi mengatur arus lalu lintas di Jalan Raya Babat-Tuban untuk memudahkan tamu masuk ke kompleks pesantren. Sebagian lagi menyiapkan tenda dan segala sesuatu terkait pemakaman.

Mengenang KH.ABDULLAH FAQIH

Jazakumullahu ahsanal Jaza'

MADIUN, KOMPAS.com — Alim ulama di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, merasa sangat kehilangan atas meninggalnya KH Abdullah Faqih, pengasuh Pondok Pesantren Lagitan, Widang, Kabupaten Tuban.
"Kiai Abdullah Faqih adalah panutan bagi kami. Beliau benteng negara ini untuk masalah moral dan spiritual. Karena itu, kami sangat kehilangan," ungkap Ketua Majelis Ulama Indonesia Madiun, Shodiq, Kamis (1/3/2012) di Madiun.
Apalagi, kata Shodiq, belum lama ini Jawa Timur kehilangan dua ulama, yakni KH Munif Djazuli, pengasuh Ponpes Al Falah, Ploso, Kediri, dan KH Imam Yahya, pengasuh Ponpes Lirboyo, Kediri.
KH Abdullah Faqih meninggal dunia dalam usia 80 tahun pada Rabu (29/2/2012) pukul 18.30 WIB.

Mengenang KH.ABDULLAH FAQIH

Jazakumullahu ahsanal Jaza'


TUBAN, KOMPAS.com -- Ribuan orang mengiringi pemakaman pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, KH Abdullah Faqih, Kamis (1/3/2012) sekitar pukul 13.00 WIB. Banyaknya masyarakat yang turut mengantarkan Kiai Faqih menuju pusara menyebabkan arus lalu lintas Babat-Tuban macet total.
Sebelum dimakamkan jenzah dishalatkan dalam beberapa gelombang dipimpin sejumlah kiai berbagai daerah. Di antara yang menjadi imam shalat jenazah adalah KH Maimun Adnan dari Gresik; KH Agus Ali Masyhuri dari Tulangan, Sidoarjo; KH Husein Jakfar Al Hadad dari Lamongan; KH M Mahdum dari Pati, Jawa Tengah; KH M Idris Abdul Khamid dari Pasuruan; dan Imam Abdul Rozak dari Bonang, Lasem, Jawa Tengah.
Usai shalat jenazah dan doa terakhir sekitar pukul 11.45 hujan deras mengguyur. Hujan reda saat shalat Dhuhur. Usai shalat Dhuhur jenazah Kiai Faqih dimakamkan.
Dalam kesempatan ini Bupati Tuban Fatkhul Huda dan Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein ikut shalat jenazah. Sebelumnya artis dangdut Inul Daratista juga datang ke rumah duku menyampaikan bela sungkawa.
Menurut Noor Nahar Hussein, masyarakat kehilangan salah satu sosok yang jadi panutan. "Bukan hanya bagi warga Tuban, atau Jawa Timur, tapi seluruh negeri ini merasa kehilangan," kata Noor.

Mengenang KH.ABDULLAH FAQIH

Jazakumullahu ahsanal Jaza'
Tuban - Jenazah almarhum KH Abdullah Faqih disalati di masjid komplek Pondok Pesantren Langitan, Widang Kabupaten Tuban. Ribuan pelayat secara bergelombang mensalati ulama kharismatik itu hingga 25 kali dengan imam berbeda-beda.

Dari pantauan detiksurabaya.com, ribuan pelayat menggelar salat jenazah KH Abdullah Faqiq di masjid di komplek ponpes.

Ribuan pelayat itu tidak bisa sekaligus berjamah mensalati jenazah, karena masjid tempat almarhum disalati tidak mencukupi dan berkapasitas ratusan jamaah saja.

Beberapa ulama secara bergantian mengimami salat jenazah pengasuh Ponpes Langitan ini seperti kiai dari Lamongan, Sidoarjo hingga kiai dari Pati, Jawa Tengah.

Setiap usai mensalati dan memanjatkan doa, jamaah salat sebelumnya bergeser dan diganti jamaah lain yang sebelumnya menunggu di luar masjid, untuk menunaikan salat jenazah.

Salat jenazah yang dimulai sejak pukul 10.30 Wib itu terus bergantian. Hingga pukul 11.15 Wib, sudah 25 kali jenazah KH Faqih disalati.

"Tidak ada pembatasan sampai berapa kali. Kesempatan salat jenazah sampai dzuhur, karena setelah salat dzuhur akan dimakamkan di makam keluarga," ujar salah satu pengurus Ponpes Langitan, Kamis (1/3/2012).

Makam keluarga KH Abdullah Faqih berjarak sekitar 500 meter di luar komplek ponpes. Namun, lokasi makam masih berada di wilayah Kecamatan Widang, Tuban.

Mengenang KH. ABDULLAH FAQIH

Jazakumullahu ahsanal Jaza'


KH Abdullah Faqih atau lebih dikenal Kiai Faqih merupakan anak KH Rofi'i Zahid yang lahir pada  2 Mei 1932 di Mandungan, Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Kiai Faqih memimpin Pondok Pesantren Langitan sejak tahun 1971, menggantikan KH Abdul Hadi Zahid. Ia didampingi pamannya, KH Ahmad Marzuki Zahid.
Ponpes Langitan sendiri didirikan 1852 oleh KH Muhammad Nur asal Tayuban, Rembang, Jawa Tengah. Saat dipimpin KH Faqih ponpes lebih terbuka, termasuk mengembangkan ilmu komputer, tetapi tetap mempertahankan salafiyah. Saat ini di Ponpes Langitan ada sekitar 3.000 santri.
Kiai Faqih pernah berguru ke Mbah Abdur Rochim, di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Ia juga pernah tinggal di Mekkah, Arab Saudi, belajar ke Sayid Alwi bin Abbas Al Maliki, ayah Sayid Muhammad bin Alwi Al Maliki. Sayid Muhammad bin Alwi Al Maliki tercatat lima kali berkunjung ke Ponpes Langitan.
KH Faqih menikah dengan Hj Hunainah dan dikaruniai 10 anak, di antaranya Ubaidillah Faqih, Mujab Faqih, Abdullah Faqih, Abdillah Faqih, dan Maksum Faqih.
Kiai Faqih termasuk salah satu kiai khos atau kiai utama. Syarat kiai khos punya wawasan dan kemampuan ilmu agama yang luas, memiliki laku atau daya spiritual tinggi, mampu mengeluarkan kalimat hikmah atau anjuran moral yang dipatuhi dan jauh dari keinginan duniawi.
Ia tokoh sederhana, istiqomah, dan alim yang bukan sekadar pandai mengajar. Ia sekaligus menjadi teladan di antaranya selalu shalat berjamaah dan menjaga kebersihan.
Nama KH Faqih dikenal luas saat Pemilihan Presiden 1999. Saat itu ada perbedaan pendapat terkait pencalonan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden yang dipelopori poros tengah. Sejumlah kiai sepuh Nahdlatul Ulama mengadakan pertemuan di Langitan, yang  memunculkan Poros Langitan.
Dua hari menjelang Pilpres 1999, KH Hasyim Muzadi menemui Gus Dur untuk menyampaikan pesan Kiai Faqih. Isinya, jika Gus Dur maju dalm pilpres, ulama akan mendoakan, Gus Dur harus menjaga keutuhan di Partai Kebangkitan Bangsa yang mulai retak, serta menjaga hubungan baik kalangan nahdliyin dan pendukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Menurut Gus Dur (almarhum), KH Faqih termasuk seorang wali. Kewaliannya bukan lewat tariqat atau tasawuf, tapi karena kedalaman ilmu fiqihnya. Gus Dur sangat hormat dan patuh kepada Kiai Faqih.
Pada 31 Maret 2007 digelar deklarasi Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU). Ada 17 kiai yang merumuskan berdirinya PKNU agar tidak menyimpang dari syar'i, satu di antaranya KH Abdullah Faqih. Selain dia, ada KH Ma'ruf Amin (Banten), KH Abdurrochman Chudlori (Magelang), KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin (Situbondo), KH M Idris Marzuki (Lirboyo Kediri), KH Ahmad Warson Munawir (Krapyak Yogyakarta), dan KH Muhaimin Gunardo (Temanggung).
Juga ada KH Abdullah Sachal (Bangkalan), KH Sholeh Qosim (Sidoarjo), KH Nurul Huda Djazuli (Ploso Kediri), KH Chasbullah Badawi (Cilacap), KH Abdullah Adzim Abdullah Suhaimi (Mampang Prapatan Yogyakarta), MH Mas Muhammad Subadar (Pasuruan), KH A Humaidi Dakhlan (Banjarmasin), KH Thahir Syarkawi Pinrang Sulawesi Selatan), KH Aniq Muhammadun (Pati), Habib Hamid bin Hud Al Athos (Cililitan Jawa Tengah).
Nama besar Kiai Faqih sering dimanfaatkan untuk kepentingan politis. Saat ada pemilihan kepala daerah, tidak sedikit calon yang memohon dukungan dan restunya.
Pesan dan nasihat yang selalu diingat termasuk kepada Kompas adalah bertakwalah kepada Allah di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Selamat jalan kiai, semoga Allah menerima segala amal baikmu, dan mengampuni segala dosa kesalahanmu....