Barangsiapa puasa tiga hari pada bulan Sya'ban, dan tiga hari pada tengahnya, maka Allah akan menuliskan baginya pahala dari tujuh puluh orang Nabi, dan adalah seperti orang yang beribadah kepada Allah selama tujuh puluh tahun.
Bahkan Aisyah r.a., ia berkata: Rasulullah ﷺ rajin berpuasa sunah di bulan Sya'ban.
"Nabi Muhammad ﷺ tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya'ban. Beliau biasa berpuasa pada bulan Sya'ban seluruhnya."(HR.Bukhari & Muslim)
Rasul ﷺ pun bersabda:
“Man shaama tsalaatsata min awwali Sya'baana wa tsalaatsatan min awsathihi wa tsalaatsatan min aakhirihi kataaballaahu tsawaaba sab’iina nabiyyan wakaana kaman 'abadallaaha ta'aalaa sab'iina 'aaman wa in maata fii tilkas sanati maata syahiidan.”
Artinya:
“Barangsiapa puasa tiga hari pada bulan Sya'ban, dan tiga hari pada tengahnya, maka Allah akan menuliskan baginya pahala dari tujuh puluh orang Nabi, dan adalah seperti orang yang beribadah kepada Allah selama tujuh puluh tahun. Dan jika dia mati pada tahun itu, dia mati sebagai pahlawan mati syahid.”
Suatu ketika, diceritakan dari Muhammad bin Abdullah Az Zahidi mengatakan, bahwa “seorang kawanku Abu Hafsh Al-Kabir, meninggal dunia. Maka saya pun men-salati jenazahnya, tetapi tidak saya ziarahi kuburannya selama delapan bulan. Kemudian saya bermaksud menziarahinya dan pada malam itu saya tidur bermimpi melihat dia berubah warnanya.”
Wajahnya menjadi pucat. Dan, ia mengucapkan salam kepadanya, tapi dia tidak menjawab salam yang disampaikannya.
Kemudian ia berkata: "Subhaanallaah, kenapa kamu tidak menjawab salamku?"
Dia menjawab: "Menjawab salam adalah suatu ibadah, sedang kami diputuskan daripada ibadah."
Lalu ia bertanya: "Dan kenapa saya Iihat kamu telah berubah wajahmu, padahal parasmu dulu demikian elok?"
Jawabnya: "Setelah aku diletakkan di dalam kuburku, seorang malaikat datang lalu berdiri di atas kepalaku seraya bekata: 'hai orang tua yang buruk.' Dan disebutnya seluruh dosa-dosaku akan keburukan perilakuku, lalu aku dipukulnya dengan sebuah tiang, maka jasadku menyala menjadi api.
Kemudian kuburku berbicara kepadaku, katanya: 'Tidakkah engkau malu terhadap Tuhanku?' dan seterusnya aku dihimpitnya sekali himpit, sampai bercerai berailah rusuk- rusukku dan putuslah seluruh persendianku, dan aku tetap tersiksa sampai pada suatu malam di mana hilal bulan Sya'ban nampak terbit.
Tiba-tiba ada yang berseru dari atasku: 'Hai malaikat, lepaskan dia. Sesungguhnya dia telah menghidupkan suatu malam pada bulan Sya'ban semasa hidupnya dan berpuasa sehari di antara hari-hari bulan itu.' Maka Allah Swt melepaskan siksaan daripadaku dengan kehormatan salatku pada suatu malam dari bulan Sya'ban itu dan puasa sehari daripadanya, kemudian Dia memberi kabar gembira kepadaku akan memperoleh surga dan rahmat.”
Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Durratun Nashihin karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir al-Khaubawiy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar