11 Mei 2022

Tadabbur

TÄTAFÄQÜR (113) : TEKAD MEMBAJA SEORANG RASUL ULUL AZMI

TäTAFäQür (113) : Tadabbur Ta'amulat Qur'an Al Fath

_Tadabbur 113:_ *TEKAD MEMBAJA SEORANG RASUL ULUL AZMI*

لا أبرح حتى أبلغ مجمع البحرين أو أمضي حقبا
_“Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.”_ (Al-Kahfi: 60) 

Pada masanya, Nabi Musa adalah hamba yang dipilih oleh Allah untuk menjadi penyelamat kaumnya, Bani Israil dari perbudakan yang dilakukan oleh Fir’aun. Kemudian sesudahnya, Musa menjadi pembimbing kaumnya; membacakan Taurat, memberikan pengajaran, dan mensucikan jiwa-jiwa mereka. Musa juga dipilih Allah menjadi seorang Nabi dan Rasul, bahkan menjadi salah satu dari Rasul Ulul Azmi. 

Pertanyaan salah seorang dari kaumnya ketika Nabi Musa selesai berceramah, _"Siapakah orang yang paling berilmu di muka bumi ini, wahai Rasul yang diajak bicara langsung oleh Allah tanpa perantara?”_ itu amat sulit dijawab sejatinya. Karena secara keilmuan, tentu tidak ada orang yang lebih alim dari dirinya. Ia adalah seorang Nabi, seorang Rasul, seorang Rasul Ulul Azmi, dan diberi kitab Taurat oleh Allah Ta’ala. Tentu, menurutnya, tidak ada yang lebih alim daripada dirinya. 

Maka, Musa pun langsung menjawab sekenanya, _“Saya!”_ dan Allah pun langsung menegur Musa seketika itu juga, dan memberitahukan Musa bahwa Dia memiliki hamba yang menguasai ilmu yang tidak dimiliki oleh Musa. Hamba tersebut berada di pertemuan dua lautan. Musa pun menyadari kesalahannya, dan menginsyafi kekeliruannya, serta berazam dengan tekad bulat akan menempuh perjalanan demi bertemu dengan hamba yang dimaksud oleh Allah Ta’ala. 

Allah mengabadikan azzam Musa tersebut dalam firman-Nya, 
لا أبرح حتى أبلغ مجمع البحرين أو أمضي حقبا  
_“Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.”_ (Al-Kahfi: 60) 


 Pernyataan Nabi Musa yang tersebut dalam surat Al-Kahfi ayat 60 di atas mengandung beberapa pelajaran yang bisa dipetik, di antaranya: 

_Pertama, urgensi memberitahukan tempat tujuan_

 Pelajaran ini diambil dari kata, _“pertemuan dua buah lautan”._ Karena memang di tempat inilah hamba Allah yang memiliki ilmu yang tidak dimiliki Musa berada.

Maka, melalui kata ini, Musa ingin memberitahukan kepada orang yang membersamainya bahwa dia akan menempuh perjalanan sampai di sebuah tempat, pertemuan dua buah lautan. Tujuan dari pemberitahuan semisal ini ialah agar perjalanan tersebut dipersiapkan dengan sebaik-baiknya; baik dari perbekalan maupun kesiapan mental dalam menanggung kesulitan. Sekaligus untuk memberitahukan bahwa perjalanan ini adalah perjalanan yang mulia.

 _Kedua, pentingnya rihlah menuntut ilmu_

Pernyataan Nabi Musa, _"atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.”_ menunjukkan tentang pentingnya rihlah menuntut ilmu. Yaitu, seandainya tidak bertemu dengan Khadhir kecuali harus menempuh perjalanan bertahun-tahun, Nabi Musa akan menempuhnya dan terus melanjutkan perjalanannya. 

Rihlah ilmiah inilah yang dahulu dilakukan oleh para salaf. Sa’id bin Musayyib berkata, _“Aku bersafar beberapa malam dan hari demi mendapatkan satu hadits.”_ Abu Qilabah juga berkata, _“Aku tinggal di Madinah selama tiga hari. Tidak ada kebutuhan selain menanti kedatangan seorang lelaki yang akan menyampaikan satu hadits untuk aku simak.”_ Asy-Sya’bi juga berkata, _"Seandainya ada seseorang yang bersafar dari ujung Syam hingga ujung Yaman, lalu ia mendengar satu kalimat yang bermanfaat untuk urusannya yang akan datang, maka safarnya tidak sia-sia.”_

 _Ketiga, pentingnya tekad yang membaja dalam menuntut ilmu._

Pernyataan Nabi Musa, _“Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan hingga keduanya menyatu jadi satu lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun hingga aku bertemu ...

Baca di https://quranbest.page.link/r381UfF4SMhf8SVJA

Dapatkan artikel menarik lainnya di QuranBest - Aplikasi Al Q

Tidak ada komentar: